Sunday, July 26, 2009

Standar Baru IPB

Sebuah pertemuan di kampus Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, 16 Juli silam cukup mencengangkan saya. Khususnya ketika IPB menerapkan peraturan perihal pakaian. Dedi, anggota Komisi Disiplin IPB mengatakan mahasiswa-mahasiswi di lingkup IPB dilarang mengenakan jins dan kaos. Dan para mahasiswa yang sudah melewati masa kuliah matrikulasi wajib mengenakan seragam jurusan. Selama matrikulasi, mahasiswa memakai kemeja putih dan celana hitam mirip karyawan yang akan diwawancara.

Dengan begitu jelas terlihat perbedaan antara mahasiswa IPB dan kampus lain, khususnya di Bogor. Mudah ditebak mahasiswa yang mengenakan celana bahan dan seragam jurusan adalah mahasiswa-mahasiswi IPB. Menurut Dedi peraturan ini menerapkan standar internasional ISO 9001-2008 untuk sistem manajemen mutu. Standar yang merupakan penyempurnaan dari 9001-2000 ini baru berlaku untuk progam DIII di IPB.

Dalam pertemuan itu tak sedikit orang tua setuju. Dirasakan anak-anak mereka berada di tempat yang cocok. Hal itu diungkapkan sejumlah orang tua kepada Dedi. "Maka jangan salah jika nanti putra-putri ibu selesai kuliah nanti memakai kerudung," kata Dedi merespons antusiasme orang tua.

Ketika saya berbincang dengan seorang teman di kantor, ia menolak mentah-mentah aturan itu. Ia dengan tegas mengatakan lebih baik pindah kampus lain. Sah-sah saja. Ada pula yang mendukung. Saya bisa memaklumi ketidaknyamanan mahasiswa baru di kampus IPB. Mereka nantinya akan terbiasa. Tapi terbiasakah mereka setelah selesai kuliah nanti? Atau cukup tahankah mereka mengikuti aturan itu hingga kuliah beres?

Tuesday, July 21, 2009

Sendiri Lagi

Sebuah janji akan sulit ditepati bila terbentur masalah. Si A berjanji menemui si B. Sayang di saat yang sama Aina dipanggil bos dia di kantor buat rapat. Pertemuan mendadak dilakukan mengingat sangat cepatnya perubahan deadline di kantor.

Beruntung Bonar mengerti keperluan Aina. Pertemuan di antara mereka pun dibatalkan. Bonar lalu meminta kawan dia mengadakan pertemuan di lain waktu. Aina menyetujui dan sepakat bertemu dua hari kemudian. Tempat pun diubah. Aina meminta bertemu di kafe kawasan Semanggi, Jakarta Selatan.

Hari yang dinanti tiba. Aina tiba tepat waktu di kafe kawasan Semanggi. Sambil menunggu, ia memesan minuman jus lemon. Waktu berlalu lima menit. Jus lemon menyisakan setengah gelas. Selang dua puluh menit, Bonar datang.

Bonar masuk dan menyapa Aina. Dengan wajah cemberut Aina merepons Bonar dengan ketus. "Kenapa lama?" tutur perempuan berambut panjang ikal itu. Pria bertubuh atletis dan berambut cepak ini salah tingkah. "Kejebak macet di jalan tadi," demikian jawab Bonar.

"Ya sudah jangan lama-lama. Nanti aku mesti menemani sepupu ke rumah sakit," ucap Aina. Bonar kemudian mengeluarkan secarik kertas di balik tas kumalnya berbentuk bujur sangkar. Benda itu adalah tas kesayangan sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Kertas kusut yang dilipat-lipat itu lalu dibuka dan diserahkan ke Aina. Aina terkejut.

Lipatan kertas kusut itulah yang selama ini dicari-cari. Bonar kembali meminta maaf. Ia memungut kertas itu saat main ke rumah Aina dua bulan silam. Kertas itu adalah surat cinta dari Haskey, kekasih Aina. Di surat itu disebutkan Haskey ingin putus karena merasa tak mampu membahagiakan Aina.

Aina sangat terpukul saat membaca pesan dari Haskey. Ketika pertama kali menerima surat dari Haskey, ia tak sempat membaca. Kertas itu tertiup angin keluar jendela dan jatuh di halaman samping rumah dia. Sebelumnya surat ada di meja kerja Aina. Aina tak sempat membaca surat dari Haskey karena keburu keluar menemui Bonar. Bonar datang ke rumah bersama empat teman dia.

Rindu kin dirasakan Aina terhadap Haskey. Tapi pantaskah kerinduan ini tetap dirasakan? Aina berpikir pria pujaannya itu sudah tak lagi mencintainya. Ia sangat terpukul. Sakit. Ini adalah kegagalan cinta kedua yang dirasakannya. Pada cinta pertamanya Aina diduakan.