Monday, February 07, 2005

Pondok Pucung Padam

Gelapnya malam menyelimuti perumahan Kompleks Pondok Pucung Indah, Sabtu (12/10) dua tahun silam. Lampu-lampu rumah menerangi jalan-jalan di sekitarnya. Semilir angin menambah sejuknya malam. Tak lama kemudian, terdengar suara azan isya berkumandang memecah keheningan. Menyambut panggilan mulia tersebut, aku dan ayah siap-siap berangkat. Kulihat jam dinding dekat pintu, waktu menunjukkan pukul 19.20 WIB.

Baru beberapa langkah mendekati pagar rumah, kami dikejutkan teriakan seorang tetangga yang memberitahu kami untuk memadamkan listrik secepatnya. Tanpa berpikir lama, saya bergegas berlari ke samping kiri rumah melewati rerumputan. Tombol saklar saya turunkan perlahan. Kutatap sekeliling rumah, pemadaman listrik dilakukan susul menyusul hingga akhirnya mirip kota mati.

Saya kembali berjalan cepat ke luar pagar. Banyak tetangga kami berkumpul di perempatan Jalan Madura dan Jalan Garuda disertai nyala obor. Terangnya nyala api setidaknya memberi penerangan buatku berjalan menuju kerumunan. Tiba di tengah-tengah keramaian dan hiruk pikuk para tetangga, saya melihat percikan api berjatuhan dari tiang listrik di ujung Jalan Bali, tepatnya di pertigaan Jalan Garuda dan Jalan Kaswari. Cukup besar percikannya. Banyak di antara kami yang menjaga jarak secukupnya.
Aku berjalan mendekati teman-temanku yang sedang asyik mengobrol di bangku dekat terbakarnya kabel listrik tersebut. Kutanyakan seorang di antaranya yang berbadan tinggi tegap dan berkaos kuning atau krem, tak tahu kuragu. Maklum, agak gelap saat itu. "Febri, kapan mulai nyala apinya?,&quot tanyaku. Dia menjawab tidak tahu dan meneruskan kembali bincang-bincangnya. Angin malam kembali menggelitik tubuh kurusku yang saat itu jaket tak kukenakan. Dingin.

Seorang bapak bertubuh agak tambun, berkumis lebat sambil mengenakan sarung terlihat mondar-mandir dekat lokasi yang sedang jadi pusat perhatian. Pak Dani namanya. Dia adalah karyawan di PT PLN. Perhatianku beralih memperhatikan tubuh tegapnya yang tengah menuju lokasi tiang listrik yang tengah bermasalah itu.
Kejadian berlangsung cukup lama, sekitar empat jam. Memasuki pukul 23.30 WIB, petugas dari Pemadam Kebakaran tiba. Namun, tubuh kendaraan merah yang cukup besar itu sempat menabrak tembok salah satu rumah warga. Setelah lancar kembali, mobil berjalan perlahan mendekati lokasi yang tengah menjadi pusat perhatian. Setelah cukup dekat, tangga dari mobil dibentangkan ke atas untuk memudahkan pekerjaan. Kulihat Pak Dani yang bertugas memperbaiki kabel tersebut.

Menit demi menit berlalu. Rasa kantuk mulai menyergapku dan memutuskan pulang. Sesampai di rumah, sama saja. Tak ada yang bisa dilakukan selain duduk-duduk memandang lilin di meja makan. Semakin berat mata ini. Perlahan-lahan terpejam. Hening.

Tiba-tiba rasa gatal di kaki mengusik nyenyak tidurku. Ditambah lagi dengungan nyamuk berputar-putar di telinga membuatku kesal. Aku keluar mencari gelas dan menuangkan air. Setelah basah tenggorokan, kuambil autan dan kueluskan di seluruh tangan dan telapak kaki. Biar nyenyak, batinku.

Keesokan pagi pukul 04.30 WIB, aku terbangun. Kuambil wudhu dan berangkat bersama ayah ke masjid menunaikan salat subuh. Teringat kejadian semalam, penasaranku muncul. Mendekati tikungan menuju masjid, kabel listrik yang terbakar padam. Tampak kabel hangus terbakar. Syukurlah.

No comments: